Anak-Anak Belajar Mengompos Sampah Organik

Pengomposan menjadi salah satu sarana pembelajaran yang paling menarik untuk memperkenalkan anak sejak dini dengan kegiatan berkebun, serta meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Untuk membantu anak – anak dalam mengetahui dan memahami pentingnya mengompos, maka diadakan “Composting class” pada hari Kamis, 28 Desember 2023 yang bertempatan di Kebun Qita. Kegiatan ini memberikan banyak kesempatan kepada anak – anak untuk belajar mengenal kompos dengan cara yang seru dan interaktif. Selain itu, mereka juga dapat berbagi pengalaman dan bersenang – senang dengan teman – teman baru disana.

Composting class kali ini diikuti oleh 10 anak yang diawali dengan bercerita sembari menjelaskan mengenai apa itu pengomposan, bagaimana peranan kompos bagi tanaman, dan bagaimana cara membuat kompos yang ramah lingkungan. Ini dimaksudkan untuk memancing rasa keingintahuan pada anak – anak tentang kegiatan ini. Kelas pengomposan ini difasilitasi oleh Kak Sany Mardlotillah sebagai founder Teman Berkebun serta ditemani oleh 2 orang internship dari Universitas Diponegoro, Fakultas Peternakan dan Pertanian yaitu Almas Dhiya dan Putri Irvina. 

Pembuatan kompos melatih keberanian anak – anak dengan permainan sensorik yang melibatkan tanah dan sampah organik seperti sayuran hijau. Kegiatan tersebut tentunya menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setelah beraktivitas untuk mengurangi risiko terpapar kuman dan bakteri ketika pengolahan kompos. 

Langkah – langkah pembuatan kompos yaitu pertama mengumpulkan daun kering untuk sumber karbon dalam pengomposan. Selain itu, menambahkan bahan organik lain untuk sumber nitrogen dari tanaman hijau, ranting, bawang, cabai, atau sampah dapur dan penambahan pupuk kandang. Siapkan larutan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) untuk mempercepat proses pengomposan. PGPR juga dapat difungsikan sebagai pupuk organik yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman dan fisiologi akar. 

Larutan PGPR memiliki perbandingan 30 – 40 ml berbanding 1 liter air. Setelah itu bahan organik yang terkumpul ditambahan larutan PGPR dan dimasukkan ke dalam tong ukuran 20 liter dan  dinkubasi hingga menjadi kompos berkualitas. Proses pembuatan kompos ditunggu selama 2 – 3 bulan pada tempat yang redup atau tidak terpapar sinar matahari.

Cara pembuatan kompos juga harus mempertimbangkan ketersediaan oksigen dengan pemberian rongga sirkulasi udara di bawah tong menggunakan paralon. Hal ini bertujuan untuk menjaga populasi bakteri aerob untuk menguraikan bahan – bahan organik dengan cepat. Proses pengomposan tersebut sering dinamakan Hot Composting, yaitu pengomposan dengan penambahan bakteri aktif yang berperan sebagai pengurai dan bersifat aerob (membutuhkan oksigen). 

Selain itu, kami juga mengajarkan pada anak – anak proses pengomposan dengan cara Cold Composting yaitu hanya mengandalkan bakteri lokal untuk proses penguraian, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Cold Composting dilakukan dengan penambahan beberapa ember di sekitar tempat bedeng produksi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kelembaban di sekitar tanaman dan menutrisi tanaman secara bertahap dengan jangka waktu yang lebih lama.

Penulis: Putri | Editor: Sany