Latihan Menulis di Kebun “Rumah Kebangsaan”
Rendahnya indeks literasi menulis di kalangan masyarakat di satu pihak dan maraknya narasi ujaran kebencian, hoax dan kata-kata kasar justru tersebut di media sosial di lain pihak menjadi alasan kenapa Komunitas Alumni Bersatu bekerjasama dengan Pusat Studi Kebangsaan Semarang mencoba mengadakan pelatihan menulis untuk masyarakat umum, “ kata Toto Mudjiarto , salah seorang pemrakarsa Pusat Studi Kebangsaan, ketika ditemui awak media. “Di samping itu, “ lanjut Toto, “budaya menulis di masyarakat Kita masih belum menjadi budaya. Kita masih lebih senang ngrumpi, bertutur, misuh dan lain – lain yang sangat jauh dari budaya menulis yang Kita harapkan.”
Pelatihan menulis yang bertajuk Menulis Memberi Harapan Masa Depan itu dilaksanakan Minggu 20 Oktober 2024 di halaman kebun depan Rumah Kebangsaan Semarang Jalan Kyai Saleh no. 13 Semarang dikhususkan pesertanya dari generasi muda dan ibu-ibu muda.
Terdapat tiga narasumber yang memberi materi dalam pelatihan tersebut, yakni Toto Mudjiarto dengan materi “Apa, Mengapa dan Bagaimana Menulis” , Dra. Oerip Lestari DS, M.Si dengan judul materi “Menulis adalah Budaya”, dan Agung Sudarmanto memberikan materi berjudul “Praktik Menulis”.
“Menulis memerlukan keterampilan dan seni. Keterampilan yang dimaksud meliputi mencari, memilih, menganalisis dan merumuskan sesuatu akan menjadi bahan tulisan, sedangkan seni sendiri meliputi penguasaan bahasa yang baik, tata letak penulisan dan improvisasi penulisan agar tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembacanya, tidak terjadi mis-persepsi. Berhubung sasaran tulisan Kita adalah manusia yang mempunyai pikiran dan perasaan , maka proses penulisannya menjadi tidaklah sederhana, Seorang penulis perlu memiliki keterampilan untuk mengubah ide atau pikiran menjadi bahasa tulisan yang dapat dikomunikasikan secara baik kepada pembacanya, “ kata Toto Mudjiarto.
Untuk meningkatkan tingkat literasi menulis di kalangan masyarakat agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain, menurut Dra. Oerip Lestari DS, MSi masyarakat perlu berupaya agar menulis dijadikan budaya. “Untuk bisa menulis ada teorinya, “ kata Mbak Oeoel panggilan akrabnya Dra. Oerip Lestari DS, MSi, “Yang pertama What , tujuannya apa seseorang itu menulis. Kedua adalah Where , ketiga adalah When yang menjelaskan kapan terjadinya, saat ini atau masa lalu, kemudian Who siapa yang terkait dalam tulisan itu, kemudian Why , mengapa kita mennulis, apakah ada pemintaan atau karena nurani penulis yang tersentuh. Terakhir How adalah bagaimana.” . Bagi mbak Oeoel yang telah banyak menerbitkan buku antologi tulisannya berpendapat, menulis adalah bagian dari sodaqoh ilmu.
Sebelum mulai praktik penulisan, Agung Sudarmanto memberikan arahan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu disadari oleh seorang yang ingin menjadi penulis. “Sebenarnya setiap orang itu mempunyai potensi menjadi penulis, mempunyai potensi untuk mengungkapkan apa yang di dalam pikiran dan perasaannya secara tertulis. Banyak orang merasa tidak mampu menjadi penulis, menjadi penulis itu keterampilan yang sulit. Namun Arswendo Atmowiloto dalam buku Mengarang itu Gampang berupaya meyakinkan pembaca bahwa membuat karangan atau tulisan itu gampang, “ kata Agung. Meskipun gampang, menurut Agung, apabila tidak memiliki rambu – rambu menulis dapat membuat seseorang patah semangat untuk mewujudkan keinginananya menjadi penulis.
Menurut Agung, seorang yang ingin menjadi penulis perlu menyadari bahwa menulis adalah sebuah proses yang tidak instant, perlu belajar perlu berlatih. “Kapan dan di mana proses menulis dilakukan itu individual sifatnya, tidak mesti di tempat yang sepi. Menulis perlu dibiasakan sehingga menjadi habit. Berikutnya adalah jangan mudah putus asa. Kita bisa belajar dari kegigihannya JK Rowling ketika menawarkan draft buku Harry Porter. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah selalu membangun rasa percaya diri, “ lanjut Agung.
Di akhir pelatihan diberikan tips-tips lain sebagai penulis, antara lain cara pemilihan judul tulisan yang mampu menggugah minat pembaca, pemilihan bahasa tulis yang terkadang tidak sama dengan bahasa tutur, penggunaan kata depan dan awalan yang masih rancu, menghindari penggunaan kata yang sama berulang – ulang, dalam satu kalimat jangan sampai terdapat banyak kata sambung atau kalimat yang terlalu panjang, perlunya update referensi atau data , perlunya menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, dan lain – lain.
Mbak Oeoel berharap agar langkah awal mengadakan pelatihan di halaman kebun “Rumah Kebangsaan” ini dapat diikuti pihak lain untuk menaikkan gairah literasi menulis melalui penyelenggaraan pelatihan – pelatihan meski tidak memiliki ruang atau gedung yang representative.