Pelatihan Composting Untuk Mendukung Pengelolaan Limbah Organik Berkelanjutan
Menumpuknya sampah organik menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang signifikan. Beberapa penyebabnya karena banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya pengelolaan limbah organik. Sampah seringkali dicampur tanpa pemilahan, sehingga menyulitkan proses daur ulang. Sebagian besar sampah organik juga berakhir di TPA, di mana penguraiannya menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Selain itu, sampah organik juga masih menumpuk karena masih sedikitnya program pengomposan dan daur ulang sampah organik yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat setempat. Dalam rangka mendukung program pengelolaan limbah organik yang berkelanjutan Kebun Qita bersama Teman Berkebun mengadakan kegiatan kelas composting yang dilakukan pada hari Minggu, 29 Desember 2024 diikuti oleh 8 peserta.
Dengan panduan Kak Sani, anak-anak diajak untuk memahami pentingnya pengolahan limbah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi lingkungan sekaligus mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Komposting sendiri terdapat 2 metode yaitu metode aerob dan anaerob. Metode aerob memanfaatkan mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk mempercepat proses penguraian bahan organik, sedangkan metode anaerob dilakukan dalam kondisi tanpa oksigen. Namun, dalam kelas composting kali ini anak-anak membuat dengan metode aerob.
Bahan-bahan yang diperlukan juga cukup sederhana yaitu menggunakan sisa sayuran,kulit bawang putih, daun kering, media tanam, air, PGPR, dan tong sebagai wadah kompos. Kegiatan dimulai dengan ice breaking “ayam” kemudian dilanjutkan dengan memotong sayuran menjadi bentuk yang lebih kecil, lalu diberi tumpukan daun kering kulit bawang dan media tanam dicampur secara merata.
Setelah itu membuat larutan yang berisi 5 tutup PGPR yang dapat membantu mempercepat proses pengomposan ditambah 10 gayung air dan diaduk rata untuk dicampurkan pada sisa sayur, daun kering, kulit bawang, dan media tanam. Kemudian bahan tadi dimasukkan ke dalam tong dan ditutup, bisa dibuka setiap 3 hari sekali dan diaduk.
Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang composting, tetapi juga mengembangkan kesadaran lingkungan dan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Selain itu, kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk sehingga memberikan manfaat langsung bagi lingkungan sekitar. Kegiatan kelas composting ini membantu anak-anak memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan bagaimana tindakan sederhana mereka dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan.