Mengompos Bersama Sambil Bermain & Bernyanyi

Kegiatan mengompos identik dengan kegiatan yang kotor karena kita berjibaku dengan sampang rumah tangga. Seringkali beberapa orang tua takut melibatkan ananda dalam kegiatan ini, karena takut akan bakteri dan kuman. Takukah Ayah bunda, banyak hal yang dapat dipelajari ananda saat di mengompos. Itulah yang mengilhami beberapa orang tua yang mengikutsertakan anak-anaknya untuk ikut ‘Composting Class’ yang dilaksanakan di Kebun Qita Hari Rabu, 5 Juli 2023. 

Diikuti oleh 20 anak, Composting class hari ini dimulai dengan nyanyian dan permainan kecil untuk memancing keingintahuan anak tentang aktivitas hari ini. Difasilitasi oleh Sany Mardlotillah (Founder Teman Berkebun) ananda diajak mengikuti tahapan mengompos yang praktis dan benar. Dilengkapi dengan sarung tangan, tentunya mengurangi kewas-wasan orang tau akan bakteri atau kuman yang mengancam kesehatan ananda. Ditambah lagi kebiasaan cuci tangan setelah beraktifitas setelah setiap aktivitas, akan menurunkan resiko penyakit yang berasal dari bakteri dan kuman dan sampah yang sedang kita olah sebagai kompos. 

Pertama-pertama anak-anak diajak untuk mengumpukan dedaunan kering di sekitar kebun kami. Daun-dauan kering mewakili unsur K (Karbon) yang mejadi unsur penting dalam komposisi kompos agar pengomposan berjalan dengan baik. Setelah daun kering terkumpul, anak-anak kembali berkumpul untuk memasukan unsur N (Nitrogen) kedalam komposisi kompos mereka. Unsur N kebanyakan berasal dari sayur atau tumbuhan segar atau berwana hijau. Banyak sedikitnya unsur N mempengaruhi temperatur pada saat proses pengomposan berjalan. 

Kegiatan di Kebun Qita bersama anak-anak

Tidak kalah penting, kita menyediakan pupuk kandang dan mikorba aktif sebagai aktivator kompos. Peran mikroba aktif kami berikan dengan menggunakan Plant Growth Promoting Rizhobacteria (PGPR) yang sudah kami larutkan di air baku dengan perbandingan 30 – 40 ml bading 1 liter air. Adonan kompos lalu dicampurkan pupuk kandang lalu dibsangai dengan air. Setelah adonan kompos lembab kita semprotkan PGPR lalu ratakan kembali sebelum dimasukan kedalam komposter yang telah disediakan. 

Komposter dapat berupa ember dengan tutup yang tersedia di rumah anda atau bisa menggunakan barang bekas seperti wadah cat ukuran 20 liter, seperti yang kami gunakan hari ini. Penting kiranya kita mempertimbangkan komposter yang memiliki rongga sirkulasi udara, untuk memastikan ketersediaan oksigen di dalam komposter. Ketersediaan oksigen saat proses pengomposan sangat penting, untuk menjaga populasi bakteri aerob yang berperan untuk mengurai material organik yang kita masukan dalam komposter. Jika pengomposan berjalan dengan lancar, kompos akan siap dalam waktu 2 hingga 3 bulan. 

Kelompok Belajar Mengompos Bareng

Kompos yang telah matang sangat berguna untuk menutrisi tanaman di kebun kita. Di Kebun Qita menerapkan dua jenis proses pengomposan yakni Hot Composting dengan proses yang kami jelaskan di atas. Selain itu, Kebun Qita juga menerapkan Cold Composting dengan menanam beberapa ember komposter di sekitar bedeng produksi. Yang membedakan Hot Composting dan Cold Composting adalah dari lama proses pengomposan. 

Hot Compsting adalah proses pengomposan dengan menambahkan mikroba aktif dari luar sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat. Sedangkan Cold Composting, sangat mengandalkan mikroba lokal dari tanah di lokasi penanaman komposter sehinga proses pengomposan berjalan lebih lama. 

Kedua metode pengomposan di atas, memiliki keunggulannya masing masing-masing. Hot Composting dapat memberikan solusi untuk menyediakan pupuk organik dengan waktu yang lebih pendek. Sedangkan Cold Composting bertujuan untuk menjaga kelembaban di area tempat komposter ini ditanam. Dengan metode ini, kompos tidak perlu sering untuk di panen karena proses pengomposan yang lambat memberikan waktu bagi material organik ini terurai dengan alami dan menutrisi tanaman-tanaman disektiarnya secara bertahap dan dalam waktu yang cukup lama.